FORMULABISNIS

IKUTI JEJAK BELIAU.....JOKO SUSILO

dan dapatkan pulsa gratis 25 ribu jika anda mendaftar disini, apapun nomor anda smskan ke no 085878244344 

Tampilkan postingan dengan label health. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label health. Tampilkan semua postingan

Kamis, Mei 26, 2011

Penelitian: Kentut Bisa Jadi Obat Impoten

Selama ini impotensi alias disfungsi ereksi diobati dengan menggunakan Viagra. Baru-baru ini ilmuwan sedang mengembangkan obat baru yaitu berupa gas kentut untuk mengobati impotensi.

Para peneliti tengah mengembangkan hidrogen sulfida (H2S) alias kentut, yang bisa membantu pria dengan disfungsi ereksi, bahkan mungkin terbukti sebagai alternatif untuk obat impotensi populer seperti Viagra.

Penelitian telah menunjukkan bahwa gas yang diproduksi secara alami dalam jumlah kecil dalam tubuh, dapat membantu meningkatkan aliran darah ke penis.

Dalam sebuah laporan baru yang dipublikasikan dalam Jurnal Sexual Medicine, peneliti di University Hospital of Singapore telah menganalisis hasil dari lebih dari 30 studi dan mengatakan bahwa gas kentut bisa memiliki efek jangka pendek menguntungkan, mirip dengan Viagra, dan juga efek jangka panjang, seperti dilansir Dailymail, Rabu (11/5/2011).

Studi tentang hidrogen sulfida atau senyawa yang membuat kentut berbau seperti telur busuk dan merupakan produk sampingan dari metabolisme, menunjukkan sejumlah efek biologis dan terlibat dalam peradangan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes.

Penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa suntikan hidrogen sulfida membuka pembuluh darah dan meningkatkan ereksi, dan sebuah studi di Naples University telah menunjukkan efek yang sama dalam jaringan manusia.

Para peneliti mengatakan gas ini menghasilkan efek yang sama seperti Viagra, tetapi melalui mekanisme yang berbeda.

Karena hidrogen sulfida bekerja melalui jalur alternatif dalam tubuh dari yang digunakan oleh Viagra, peneliti berpikir itu bisa bekerja pada pria yang gagal untuk merespons obat populer seperti Viagra.

Diperkirakan setengah dari pria di dunia usia antara 40 hingga 70 tahun akan memiliki beberapa tingkat disfungsi ereksi. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi, seperti kecemasan dan depresi, diabetes dan tekanan darah tinggi.

Dalam banyak kasus, hal ini juga bisa menjadi tanda peringatan awal tersumbatnya pembuluh darah dan arteri dengan kolesterol. Pembuluh darah di penis yang jauh lebih kecil daripada di tempat lain dalam tubuh, sehingga ini sering menjadi tanda awal penyakit pembuluh darah.

Obat yang disebut phosphodiesterase-5 inhibitor, yang meliputi Viagra dan Cialis, telah merevolusi pengobatan disfungsi ereksi dan sekarang merupakan jenis yang paling banyak digunakan.

Obat-obatan ini bekerja dengan merangsang produksi oksida nitrat, yang memperlebar pembuluh darah di dalam jaringan penis dan melemaskan otot-otot. Hal ini memungkinkan darah mengalir ke kavernosum, dua kamar yang menjalankan panjang penis.

Tapi meskipun efektif, obat ini tidak bekerja untuk semua orang dan ada potensi efek samping seperti sakit kepala dan gangguan penglihatan.

Selain itu, penggunaannya dapat menjadi masalah pada pria dengan penyakit jantung atau yang memakai obat lain.

sumber : health.detik.com
credit photo : blogjump.eu

Read More......

Minggu, April 17, 2011

Cegah Anak Kegemukan, Ini Caranya!

Khawatir anak Anda menderita obesitas yang bisa membuatnya susah bergerak dan rentan penyakit? Solusinya gampang kok, ajak anak banyak bergerak dan mengurangi minuman manis.

Bila diminta memilih antara potongan buah segar, air putih, dan minuman manis (sugary drink), tentu balita akan memilih yang terakhir. Sugary drink seperti minuman bersoda, jus kemasan, atau minuman manis lain memang bisa membuat balita kecanduan karena rasa manisnya.

Padahal, menurut dr Fiastuti Witjaksono, ahli gizi dari Universitas Indonesia, minuman manis biasanya mengandung asupan gula tambahan yang bisa memicu obesitas, termasuk pada anak.

"Kita membutuhkan gula setiap harinya sebanyak 2,5 makan atau sekitar 5 sendok teh. Jika masih muda dan aktif bergerak, jumlah tersebut bisa ditambah. Sebaliknya, jika kita lebih banyak duduk diam, kurangi gula," katanya dalam acara media edukasi bertema "Better Habits for a Better Life" yang diadakan oleh Nestle Pure Life di Jakarta (27/1/2011).

Riset yang dipublikasikan dalam The Lancet dan British Medical Journal menyebutkan, sugary drink bisa memicu obesitas pada anak-anak. Bocah berusia 12 tahun yang meneguk minuman ringan secara teratur berisiko dua kali mengalami obesitas dibanding yang tidak mengonsumsi sugary drink.

"Sejak awal, sebaiknya anak tidak perlu diperkenalkan rasa manis karena nanti jika sudah besar ia akan kenal dengan sendirinya. Sebaiknya berikan anak air putih atau jus buah murni yang banyak mengandung air," katanya.

Ia mengatakan, kandungan gula dalam minuman manis menyumbang 40 persen kebutuhan kalori harian. "Pemberian madu sama saja seperti gula, karena itu perlu dikurangi," katanya.

Fiastuti mengatakan, sejak usia 2 tahun, anak sebaiknya sudah mengonsumsi makanan keluarga, termasuk juga kebiasaan minum air putih. "Kebutuhan anak akan air berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhannya disesuaikan dengan jumlah berat badan," paparnya.

Anak-anak juga wajib dibiasakan minum air putih karena mereka lebih aktif bergerak sehingga banyak cairan tubuh yang terbuang. Selain air putih, kebutuhan cairan anak juga bisa diperoleh lewat kuah sayuran, buah yang banyak mengandung air, susu atau jus yang dibuat sendiri.

Orangtua seharusnya membantu anak-anak mereka mengontrol berat badan dalam level yang sehat. Selain mengurangi asupan kalori dan gula, anak juga perlu dilibatkan pada aktivitas fisik bertenaga setiap hari dan membatasi waktu menonton televisi atau bermain video games.

sumber : http://health.kompas.com

Read More......

Kamis, Februari 24, 2011

Pakai Ponsel 50 Menit Pengaruhi Otak

Radiasi yang terpancar selama 50 menit dari telepon selular dapat memengaruhi aktivitas sel-sel otak sekitar tujuh persen, demikian hasil sebuah studi terbaru mengenai dampak penggunaan ponsel.Menurut para peneliti dari National Institutes of Health Amerika Serikat, dampak dari peningkatan aktivitas otak tersebut belum sepenuhnya dapat diketahui, sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal of American Medical Association tersebut adalah yang pertamakali melihat secara spesifik begaimana pengaruh radiasi elektromagnetik dari ponsel terhadap metabolisme glukosa, salah satu fungsi normal dalam otak.

"Ketika metabolisme meningkat, hal itu akan mengaktivasi sel-sel. Temuan ini merupakan indikasi bahwa paparan terhadap telepon selular dapat mengaktivasi otak lebih mudah dibanding yang kita pikir sebelumnya," ungkap Dr. Nora Volkow, pakar ilmu saraf dari National Institutes of Health.

Aktivitas otak berarti bahwa sel-sel menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi. Otak secara normal menghasilkan jumlah glukosa yang dibutuhkan supaya berfungsi dengan benar. Tetapi temuan ini tidak menyatakan kepada kita apakah dengan mengaktivasi sel-sel secara artifisial, dalam kasus ini adalah radiasi ponsel, akan memberi dampak negatif bagi kesehatan. Oleh sebab itulah, Volkow menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut akan hal ini.

Dalam risetnya, Volkow dan timnya mengukur aktivitas otak pada 47 orang dewasa sehat yang sedang menggunakan ponsel. Tingkat paparan radiasi diukur dengan menggunakan alat pemindai yang disebut positron emission tomography (PET). Responden diukur paparan radiasinya saat berbicara menggunakan ponsel di dekat kepala. Tingkat radiasi juga tetap diukur ketika ponsel didekatkan dengan kepala dalam keadaan off.

Dibandingkan dengan orang yang menggunakan ponsel dalam keadaan off, kelompok yang menggunaka ponsel dalam posisi menyala menunjukkan aktivitas otak yang lebih tinggi, terutama pada bagian otak yang paling dekat dengan antena ponsel.

sumber : Kompas.com

Read More......